Kendati harus berjibaku dengan pekerjaan dan tugas sebagai seorang ibu, ternyata para ibu yang bekerja lebih sehat dibandingkan dengan ibu rumah tangga, terutama saat anak-anak mereka masih anak balita.
Para ibu bekerja, baik yang paruh waktu maupun penuh waktu, yang berpartisipasi dalam penelitian ini secara umum lebih jarang depresi dan kesehatannya secara umum lebih baik dibandingkan dengan ibu yang tetap tinggal di rumah mengurus anak balita mereka.
Seorang ibu yang mendedikasikan waktunya untuk mengurus keluarga di rumah cenderung memiliki lingkup pergaulan yang terbatas. Mereka juga cenderung mudah merasa bosan karena aktivitasnya lebih monoton sehingga mereka lebih merasa depresi dibandingkan dengan ibu bekerja.
Selain itu, ibu rumah tangga yang memiliki anak masih kecil-kecil juga lebih stres karena sepanjang hari harus menghadapi anak-anaknya. Namun, stres ini biasanya berkurang ketika anak-anak itu beranjak besar dan masuk usia sekolah.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan wawancara yang dimulai tahun 1991 terhadap 1.364 ibu dari beberapa kota di Amerika Serikat. Para peneliti mewawancarai ibu-ibu tersebut dimulai dari ketika anak mereka masih bayi dan balita, masuk usia pra-sekolah, serta saat anak sudah duduk di bangku sekolah dasar.
Para peneliti mendefinisikan ibu bekerja paruh waktu adalah mereka yang bekerja 32 jam setiap minggunya. Sekitar 25 persen responden bekerja paruh waktu selama periode penelitian meski sebagian ada yang berhenti bekerja lalu bekerja lagi.
Pertanyaan yang diajukan meliputi adakah gejala depresi yang dirasakan, ada tidaknya konflik antara pekerjaan dan kehidupan keluarga, serta seberapa besar keterlibatan mereka pada sekolah anak-anak.
Para ibu yang bekerja paruh waktu dilaporkan paling sedikit merasakan dilema antara keluarga dan pekerjaan dibandingkan dengan wanita yang bekerja penuh. Selain itu ibu yang bekerja paruh waktu ini juga terlibat dalam kehidupan sekolah anak, seperti halnya ibu rumah tangga.
Para ibu bekerja, baik yang paruh waktu maupun penuh waktu, yang berpartisipasi dalam penelitian ini secara umum lebih jarang depresi dan kesehatannya secara umum lebih baik dibandingkan dengan ibu yang tetap tinggal di rumah mengurus anak balita mereka.
Seorang ibu yang mendedikasikan waktunya untuk mengurus keluarga di rumah cenderung memiliki lingkup pergaulan yang terbatas. Mereka juga cenderung mudah merasa bosan karena aktivitasnya lebih monoton sehingga mereka lebih merasa depresi dibandingkan dengan ibu bekerja.
Selain itu, ibu rumah tangga yang memiliki anak masih kecil-kecil juga lebih stres karena sepanjang hari harus menghadapi anak-anaknya. Namun, stres ini biasanya berkurang ketika anak-anak itu beranjak besar dan masuk usia sekolah.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan wawancara yang dimulai tahun 1991 terhadap 1.364 ibu dari beberapa kota di Amerika Serikat. Para peneliti mewawancarai ibu-ibu tersebut dimulai dari ketika anak mereka masih bayi dan balita, masuk usia pra-sekolah, serta saat anak sudah duduk di bangku sekolah dasar.
Para peneliti mendefinisikan ibu bekerja paruh waktu adalah mereka yang bekerja 32 jam setiap minggunya. Sekitar 25 persen responden bekerja paruh waktu selama periode penelitian meski sebagian ada yang berhenti bekerja lalu bekerja lagi.
Pertanyaan yang diajukan meliputi adakah gejala depresi yang dirasakan, ada tidaknya konflik antara pekerjaan dan kehidupan keluarga, serta seberapa besar keterlibatan mereka pada sekolah anak-anak.
Para ibu yang bekerja paruh waktu dilaporkan paling sedikit merasakan dilema antara keluarga dan pekerjaan dibandingkan dengan wanita yang bekerja penuh. Selain itu ibu yang bekerja paruh waktu ini juga terlibat dalam kehidupan sekolah anak, seperti halnya ibu rumah tangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar